Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Minggu, 28 November 2010

GUNUNG BERAPI Bromo Kembali Meletus, Warga Sempat Panik

Foto : Google
PROBOLINGGO (Suara Karya): Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, kembali meletus disertai suara gemuruh yang keras pada Minggu (29/11) sore. Letusan itu sempat membuat sebagian warga di sekitar kaldera gunung tersebut panik, karena mengeluarkan material alam berupa abu vulkanik, kerikil, gas belerang, serta asap hitam yang pekat.
Sebagian warga menyebutkan, suara gemuruh yang keras terdengar hingga radius 3 km. Tidak lama setelah terjadi letusan, turun hujan deras di kawasan kawah Bromo.
Kepala Tim Tanggap Darurat Bromo Gede Suantika menjelaskan, suara gemuruh keras yang dikeluarkan Bromo merupakan proses erupsi yang menunjukkan peningkatan. Dikatakannya, letusan itu lebih besar dibanding yang terjadi Jumat (26/11) dan Sabtu (28/11). "Bromo meletus lagi pada Minggu (28/11) sekitar pukul 14.30 WIB. Letusannya lebih besar dibanding sebelumnya," ujarnya menegaskan.
Gede Suantika menyebutkan, itu merupakan letusan yang ketiga kalinya sejak status "awas" ditetapkan Jumat (19/11) lalu. Dijelaskannya, letusan itu diawali gempa vulkanik sebanyak 25 kali dan gempa tremur secara terus-menerus dengan amplitudo 25-36 milimeter.
"Tekanan dari letusannya cukup kuat," ujarnya. Dikatakannya, itu terlihat dari kepulan asap sulfur yang keluar. Tekanan asap sulfur yang mengandung gas belerang, abu vulkanik, krikil, serta pasir mencapai ketinggian 700-1.200 meter. Dengan terjadinya letusan itu, dia mengimbau agar warga yang berdekatan dengan gunung tersebut untuk waspada.
Menyusul meletusnya Gunung Bromo, ratusan warga Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Probolinggo, menggelar doa bersama di sebuah pura desa setempat. Warga berharap gunung tersebut bisa normal kembali. Dipimpin dukun adat ini, warga Suku Tengger tampak sangat khusuk memanjatkan puji-pujian dan doa trisandia. Dengan melakukan doa ini, mereka berharap diberikan keselamatan dan dijauhkan dari bala. "Semoga dengan doa bersama ini, Gunung Bromo tidak lagi meletus dan statusnya segera kembali normal. Warga pun bisa bekerja lagi," ujar Kades Ngadisari Supoyo.
Sebelum terjadinya letusan pada Minggu sore, sejumlah warga Desa Ngadisari terlihat nekat melewati lautan pasir di lereng gunung tersebut. Mereka melintas menggunakan sepeda motor pada siang hari, padahal petugas telah melarangnya. Pasalnya, tempat mereka melintas itu hanya berjarak 1-2 km dari kawah Bromo.
Salah seorang warga, Sri, malah mengatakan, kondisi Bromo seperti itu sudah rutin tiap lima tahun sekali. "Jadi, kami tidak perlu khawatir soal itu," kata Sri. Selain tak khawatir, dia beralasan, melintasi lautan pasir Bromo merupakan jarak terdekat dari desanya menuju Malang, Jawa Timur.
Terkait dengan aktivitas Gunung Bromo, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyiapkan sejumlah tempat penampungan warga, yang tinggal berdekatan dengan gunung tersebut. Direktur Perbaikan Darurat BNPB Untung Saroso mengatakan, pihaknya sudah berkoordinasi dengan sejumlah pihak untuk menyiapkan sejumlah tempat penampungan guna mengantisipasi dampak terburuk.
"Kami sudah mengantisipasi dengan mendirikan sejumlah tempat penampungan," katanya, usai rapat koordinasi di Cemorolawang, Desa Ngadisari, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, akhir pekan lalu. Sesuai rencana, tempat penampungan itu akan didirikan di Kecamatan Sukapura dan lapangan Sukapura, yang akan dipasang sembilan buah tenda. (Budi Seno/Ant)
Sumber : http://www.suarakarya-online.com