Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Kamis, 16 Desember 2010

Jangan Coba-coba Permainkan Gadis Dayak

Foto: Google
     LO-lo-lo-lo-lo-looooo-koooooo-ei!!! Teriakan semacam itu pasti terdengar dalam setiap upacara "menjemput'' tamu yang datang ke permukiman suku Dayak, khususnya mereka yang masih tinggal di udik-udik atau tengah hutan. Teriakan ini sebagai penghormatan danrasa suka cita mereka kepada tamunya, terlebih-lebih pejabat   tinggi yang datang dari jauh. Bahkan sebelum naik ke darat, tamu     akan disambut perahu Dayak yang dihiasi aneka macam ukiran, bulu  burung, serta nyanyian dan tarian.     

Tarian dan nyanyian itu dilakukan di atas perahu, sambil  mengelilingi perahu pejabat tadi sebanyaktujuh kali.Lalu secara  bersama-sama mereka meneriakkan:      
"Lo-lo-lo-lo-looooo-loooo-koooo-ei!!!''. Sambutan dan nyanyian      tersebut punya maksud, agar tamu-tamu mereka selamat dalam  perjalanan sampai pulang ke rumah.     

Tips Bertemu     
Ada beberapa tips bagi tamu yang berkunjung ke permukiman suku   Dayak, agar tak mendapatkan kesulitan selama berada di sana. Misalnya, tamu harus tenang dalam menghadapi nyanyian dan tarian yang hiruk-pikuk tersebut. Jangan membuat ulah yang dapat  mengganggu jalannya upacara penyambutan.Begitu sampai di tepian,  jangan langsung naik ke tangga, tetapi tunggu sampai ada perintah      dari kepala adat (demang) yang bersama Mantir Basara (anggota adat) akan menyambut tamunya. Para tamu nantinya akan disebari   beras kuning, atau diberi minyak enyoh bulan (kelapa yang kulitnya  kuning). 

Foto: Google
"Bila tamu yang datang orang penting, tidak jarang mereka ditandu      sampai di depan tangga rumah. Di tempat itu, tamu harus berdiri di      depan kayu penghalang yang sengaja dipasang oleh tuan rumah secara      berlapis,'' kata warga Dayak yang tinggal di Semarang. 

Sebelum masuk gerbang, tamu harus memotong kayu penghalang itu      secara berturut - turut dengan mandau -senjata khas suku Dayak.      

Pemotongan kayu itu diiringi tetabuhan gong, yang dalam bahasa   mereka disebut rantong. Di situ sekaligus diadakan tanya-jawab,  untuk mengetahui maksud kunjungan si tamu. Begitu pintu gerbang   dibuka, gadis-gadis manis akan menari sambil mengalunkan nyanyian   puji-pujian. Mereka juga membawa beras, sayur-sayuran, telur, ikan   dan sebagainya. Sebagai ucapan terima kasih, tamu harus  menundukkan kepala.     Selanjutnya, kepala adat akan datang dan menyerahkan tuak (dalam  tanduk kerbau atau sapi) kepada tamu. Ingat, jangan sampai     menolak, minumlah meskipun hanya sedikit. Setelah itu, tamu   penting tadi didudukkan di atas gong, lalu diolesi darah ayam atau  sapi oleh kepala adat.Menurut adat setempat, tamu yang diolesi darah hewan menunjukkan penghormatan besar dan tertinggi dari suku Dayak. Tamu agung dan terhormat bukan hanya mendapat hadiah seperti beras, sayuran, telur dan sebagainya, melainkan juga mandau atau sumpitan sebagai kenang-kenangan. Barang-barang itu  juga harus diterima, jangan menolak.  
Ketika menerima tanda kenang-kenangan, jangan lantas ganti memberi  uang, sebab ini diartikan sebagai penghinaan. Berikan saja rokok, garam, atau tembakau, kepada mereka. Jika bentuknya uang, berilah lain waktu. Pokoknya jangan sampai bersamaan dengan pemberian  mereka. Arak -yang dalam bahasa mereka disebut baram atau danum tewun- sering juga diberikan kepada tamu terhormat. Itu juga  jangan ditolak, minumlah sedikit, walau tidak suka. Apabila tangan  tamu ditarik untuk diajak menari, ya maulah... walau tidak bisa menarri. 
Foto: Google

 Soal Makan
Selama di permukinan suku Dayak, keamanan tamu akan dijaga      betul-betul. Bila tamunya beragama Islam akan diberi ayam hidup,  beras, telur, sayuran, dan lain-lain, untuk dimasak sendiri oleh tamunya. Bila tamunya Kristen atau agama Dayak Kahariang, makanan yang disuguhkan akan dimasak orang Dayak sendiri. Mengapa bila tamunya orang yang beragama Islam harus masak sendiri, karena  mereka sangat menghormati. Maksudnya agar makanan tersebut bebas dari barang yang diharamkan orang Islam misalnya babi dan sebagainya.   Pada saatnya makan, tanpa diminta tuan rumah akan menyediakan  makan. Makanlah dengan lahap. Jangan nyimik - nyimik. Nanti dikira   masakannya tidak enak atau tidak suka. Orang Dayak sangat puas  bila tamunya makan dengan lahap, apalagi bila masakannya  dihabiskan tamunya. 

 Adat Gadis 
"Lain lubuk lain belalang'' juga berlaku bagi suku Dayak dalam     memperlakukan gadis-gadisnya. Tetapi ini hanya berlaku di daerah     pedalaman atau udik-udik saja. Mereka yang sudah mengenyam hidup      di kota atau berpendidikan tinggi akan menyesuaikan diri. Ada      beberapa ketentuan menghadapi gadis-gadis Dayak. Antara lain      dilarang bercakap dengan mereka di tempat tersembunyi. Bila      ketahuan, lelaki itu akan dihukum denda oleh pengadilan adat.     Saat lelaki berjalan dan ketemu gadis yang tak dikenal, dilarang      memperhatikan apalagi memelototkan mata. Kalau ketahuan saudara      laki-laki gadis, kita bisa dihukum adat. Kalau mau bertamu dan masuk ke rumah Dayak, sejak dari luar harus bertanya dulu: "Apakah      ada orang di rumah?. Kalau dijawab, "Ada'', maka harus bertanya      lagi: " Bolehkah masuk?''.Bila diperbolehkan masuk, tamu harus  bertanya sekali lagi: "Apakah ada laki-laki di dalam rumah?''. 

Nah, kalau ternyata di dalam rumah tidak ada lelaki, lebih baik     mengurungkan niat masuk rumah tersebut. Kalau tamu datang lagi ke     rumah itu, maka harus memberitahu kepada laki-laki ada di situ,      bahwa dia tadi sudah bertandang tapi urung masuk. Ini adat yang      harus dipenuhi para tamu. Jangan gegabah, sebab bila tidak tahu      aturan bisa dianggap menghina atau akan berbuat yang tidak      semestinya terhadap penghuni rumah yang bersangkutan.Anda juga  harus hati-hati selama berada di dalam rumah Dayak, khususnya      ketika ada gadis yang lewat atau sedang menyuguhkan makanan. Jangan coba-coba membuat membuat gerakan atau suara yang dapat  diartikan mengganggu wanita tadi. Salah-salah Anda bisa diusir.    

Mempermainkan gadis atau wanita Dayak dianggap sebagai perbuatan      yang hina dan jahat di mata lelaki setempat. Karena itu, kalau      kebetulan lewat di jalan di mana banyak wanita Dayak di situ, Anda      harus minta izin dulu dari wanita tua di antara mereka. Jadi tidak      asal lewat, apalagi sambil suit-suit atau bersiul. 

Suku Dayak  memang sangat ketat menjaga gadis-gadisnya dari gangguan orang  luar. Tradisi tersebut tetap dipertahankan sampai sekarang,  terutama mereka yang masih tinggal di daerah pedalaman. Tetapi      bagi para gadis Dayak yang lama berada di kota, atau jauh dari      kampung halaman, tradisi tersebut mulai longgar, sesuai dengan perkembangan masyarakat setempat. (Mas Soesiswo-48) 
  Sumber : http://www.hamline.edu/