Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Tampilkan postingan dengan label Keluarga Sejahtera. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga Sejahtera. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 07 Januari 2012

Kamu Stress?

Jika Anda mendadak jadi pemarah, berteriak kepada seseorang yang Anda kasihi atau berdebar-debar, itu merupakan simtom stres. Itu tanda atau gejala yang mudah diketahui. Selain itu, ternyata ada banyak kondisi yang sebetulnya mengarah pada terjadinya kelelahan mental alias stres, tetapi Anda sendiri tidak menyadarinya.
Coba perhatikan dan cocokkan dengan kondisi diri Anda saat ini, apakah lima tanda kelelahan mental ini sedang Anda alami?

  1. Anda masuk ke suatu ruangan, tetapi tidak ingat hendak melakukan apa. Hormon stres kortisol melemahkan memori atau ingatan, membuat Anda lebih cenderung untuk lupa atas apa yang Anda sedang kerjakan.
  2. Anda mengalami memar-memar tanpa tahu penyebabnya. Melakukan sesuatu seperti orang “gila” saat stres membuat Anda lebih sering membentur sesuatu. Dan saat stres, tubuh Anda menghasilkan zat kimia pembunuh rasa nyeri menjadi lebih tinggi. Yang berarti, Anda tidak merasakan benturan yang terjadi.
  3. Gigi Anda bergemeretuk. Normalnya, gigi hanya menyentuh satu sama lain pada saat mengunyah makanan. Namun, saat Anda stres, Anda sering mengunci rahang.
  4. Mata kering. Salah satu tanda stres adalah tidak sering mengedip. Hal ini akan menghentikan Anda untuk mengisi kembali lapisan air mata sehingga membuat mata menjadi kering, merah, dan terasa seperti ada pasir.
  5.  Anda bermusuhan dengan sayur. Saat stres, Anda menjadi lebih sensitif terhadap rasa pahit atau asam. Hal ini bisa membuat Anda menjauhi sayur, misalnya terung.

 http://ciciku.blogspot.com/2008/11/kamu-stress-baca-ini-dulu-deh.html

Frekuensi Seks Adalah Cermin Hidup

Terlalu banyak kata-kata untuk menghindari seks. Ini karena perbedaan kadar libido, hormon, jender, tuntutan pekerjaan, mengurus anak dsb. Padahal alasan sebenarnya hanya satu, yakni Anda atau pasangan pada dasarnya tidak memiliki gairah seks.  

Kehidupan seperti ini dari awal memang bukan untuk mendapatkan letupan bercinta, namun ingin bersama dengan pasangan dalam arti sebenarnya. Pada saat gairah meredup tidak mudah untuk menyampaikannya ke pasangan karena pasti menghancurkan perasaan dan hubungan. Beban kehidupan sehari-harilah yang lalu menjadi kambing hitam. “Frekuensi seksual biasanya mencerminkan kisah hidup pasangan itu,” kata Dr David Schnarch, konsultan seks dari ThirdAge. 

Selama bertahun-tahun praktek, dapat disimpulkan bahwa seseorang menikahi pasangannya karena dialah yang mampu ‘menghisap’ kehidupannya. Atau apabila seseorang mempunyai rasa cinta amat kental, lalu menikah dengan orang yang tidak dapat meletakaan seks dan cinta pada tempat sama, maka kondisinya seperti terjebak pada lingkaran tak berujung. 

Untuk menjabarkan situasi tersebut, dapat diibaratkan seperti anak-anak dari keluarga alkoholik yang dipaksa mempunyai resep menelan kekecewaan, karena mengharapkan orangtua membantu pekerjaan sekolah. Ini bisa menghilangkan rasa lapar dan keinginan duduk lima menit di pangkuan orangtuanya. Memiliki keinginan saja sudah menimbulkan rasa sakit. 

Dari waktu ke waktu, anak harus belajar untuk menghilangkan keinginan. Situasi itulah yang dihadapi pasangan menikah yang tidak memiliki gairah seks. Kehidupan seksual yang sehat dalam jangka panjang tidak akan diperoleh dari orang yang takut diabaikan, atau mereka yang selalu menuntut pasangan selalu siap siaga untuk dirinya. Hubungan yang sehat membutuhkan kerja keras berdua dan sebanding dengan hasilnya. Seks yang baik menjadi penyubur hubungan yang sehat, kuat, dan seperti yang diinginkan berdua 

http://nurfahmi.wordpress.com/2008/06/19/frekuensi-seks-adalah-cermin-hidup/

Mendidik Dengan Cinta dan Kasih Sayang

Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter atau akhlak anak. Seorang guru yang memiliki rasa kasih sayang yang besar akan sangat mencintai profesinya dibandingkan dengan seorang guru yang lebih berorientasi terhadap uang. Demikian juga murid yang dididik dengan rasa kasih sayang akan merasa betah dan lebih cepat mengerti dan memahami pelajaran yang disampaikan kepadanya.

Orang tua yang selalu mendidik anak-anaknya dengan rasa cinta dan kasih sayang akan membuat suasana belajar dalam rumah tangga menjadi sangat menyenangkan bagi anak. Anak tidak pernah bosan untuk meyerap setiap pelajaran yang diberikan. Karena tidak ada cara yang lebih baik untuk menawan hati anak dan memenangkan kepercayaannya selain dari mengembangkan rasa cinta dan kasih sayang oleh orang tuanya.

Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal.

Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orang tuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di rumah anak akan menjadi anak yang lembut dan penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri dimasa dewasanya.

Orang tua yang bijaksana tidak harus memperlihatkan kesusahan hidup yang dihadapinya pada anaknya karena kesusahan itu merupakan beban yang mungkin terlalu berat bagi anak dan dengan memperlihatkan kesusahan hidup kepada anak tidak akan mengurangi beban kesusahan itu sendiri, tapi malah membawa akibat yang buruk dikemudian hari pada anak. Anak akan tumbuh menjadi manusia yang tidak memilki kepercayaan diri yang cukup dalam menghadapi kehidupannya sendiri dimasa dewasanya.

Tidak sedikit orang tua yang salah menerapkan rasa cinta dan kasih sayang dalam keluarganya. Tatapan mata penuh cinta kasih, belaian dan perbuatan serta obrolan dirumah memang perlu dan mutlak dilakukan, tapi kebanyakan orang tua lupa bahwa cinta dan kasih sayang tersebut membutuhkan penegasan dan kepastian yang tegas. Rasa cinta dan kasih sayang itu harus diucapkan dengan kata-kata yang mendidik, sehingga anak mengerti dan memahami bahwa dirinya adalah bagian dari keluarganya. Anak akan memahami dan menyadari bahwa dia juga mempunyai hak dan kewajiban serta tanggungjawab dalam keluarga, sama seperti anggota keluarga lainnya.

Jangan biarkan anak hidup dan terombang ambing dengan perasaannya sendiri tentang posisinya dalam keluarga. Penegasan bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga itu akan menumbuhkan kesadaran dan rasa memilki sehingga anak akan dengan sukarela menjaga dan merawat serta memelihara tatanan komunikasi yang dipenuhi cinta kasih yang telah dibangun dan dipelihara orang tuanya.

Seringkali orang tua dibuat pusing oleh sikap anaknya yang cendrung enggan membereskan dan merapikan kembali mainan setelah dipergunakan. Apabila kebiasaan tersebut dibiarkan sampai anak menjadi besar dan dewasa, dia akan cendrung meninggalkan setiap peralatan kerja yang telah dipakainya disembarang tempat sebelum kemudian hilang.

Kebiasaan buruk tidak mau atau enggan membereskan atau merapikan kembali mainan setelah dipakai, merupakan ujud dari tingkat kesadaran anak terhadap kepemilikan mainannya. Ketika anak memahami dan menyadari bahwa dirinya adalah bagian dari keluarga dan bagian dari kepemilikan setiap benda yang berada dalam rumah tentunya dengan kesadarannya sebagai anak dia akan turut menjaga dan merawatnya

Orang tua yang kurang bijaksana dalam mengungkapkan rasa cintanya terhadap anak cendrung akan membereskan dan merapikan sendiri mainan anak yang berserakan, bahkan sebagiannya lagi disertai dengan omelan dan gerutuan yang tidak dimengerti oleh anak. Sikap orang tua yang demikian akan menggiring anak untuk bersikap acuh terhadap lingkungannya. Anak akan kehilangan rasa kepeduliannya terhadap sesama. Dia akan kehilangan rasa cinta dan kasih sayang dalam dirinya dan tumbuh menjadi manusia yang egois, keras kepala, sadis dan maunya menang sendiri.

Memberikan pengertian dengan bahasa cinta yang jelas dan beradab akan membuat anak tumbuh menjadi anak yang lembut dan penuh tanggungjawab. Anak akan mudah memahami lingkungannya dan enak diajak berkomunikasi, sehinga pada akhirnya setelah dia dewasa kelak dia akan tumbuh menjadi manusia yang keberadaanya diakui sebagai pemberi dan penebar kasih sayang yang jadi panutan bagi sesamanya

Cara terbaik mengajarkan cinta dan kasih sayang kepada anak disamping selalu memenuhi rumah dengan aura cinta dan kasih sayang yang nyaman adalah dengan memberi kesempatan kepada anak untuk melihat rasa cinta dan kasih sayang yang manis yang diberikan orang tua mereka terhadap nenek dan kakek mereka. Dengan cara itu anak akan terbimbing jiwanya untuk mengikuti rasa cinta dan manisnya kasih sayang yang diberikan dan diperlihatkan orang tuanya terhadap ibu bapak mereka. Anak akan terbimbing hatinya untuk memahami bahwa “ sesungguhnya ridha Allah itu terletak pada keridhaan orang tua “ ( Al-Quran ).
http://myrazano.com

Ungkapan Kasih Sayang pada Anak

Pemberian kasih sayang amatlah penting bagi perkembangan anak. Rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekeliling anak merupakan dasar pembentukan watak si anak kelak. Ungkapan kasih sayang secara verbal bukanlah hal yang boleh diremehkan. Namun bukan hal yang mustahil bila orang tua tidak terbiasa mengungkapkan rasa kasih sayangnya. Rasulullah SAW sebagai qudwah kita yang utama amat lembut terhadap anak-anak. Adalah Rasulullah SAW adalah manusia yang paling sayang terhadap anak-anak dan keluarga. (HR.Ibnu Asakir)

Ungkapan Verbal
Bisa saja seorang anak tidak menyadari limpahan kasih sayang kedua orangtuanya karena hal ini tidak pernah dikatakan secara terus terang. Sebagai contoh bisa kita simak kasus berikut ini:

Seorang anak yang sembrono menyebrangi jalan raya bersama ibunya. Karena khawatir si Ibu berusaha menggandeng anaknya, namun demikian si anak terus meronta dan ingin cepat-cepat sampai di seberang jalan. Kemudian terjadilah apa yang dikhawatirkan si Ibu. Sebuah mobil dari arah kanan datang dengan tiba-tiba hampir saja menabrak si anak. Tentu saja perasaan yang paling dominan pada si Ibu adalah perasaan bersyukur dan bahagia melihat anaknya tidak cedera sedikitpun. Namun demikian bukanlah ungkapan bahagia yang terlontar, sebaliknya si Ibu memarahi anaknya. Kemarahan Ibu dapat membekas dalam di hati anak apalagi bila disangkutkan dengan momen yang mengejutkan seperti itu. Tidak mustahil bila si anak akhirnya mempunyai image yang buruk terhadap sang ibu, “Oh, Ibuku ternyata galak ya !”, padahal si Ibu sayang terhadap anaknya.

Bukankah lebih baik bila si Ibu mengatakan, “Nak… Ibu sangat bahagia ternyata engkau tidak cedera sedikitpun, makanya Ibu dari tadi mengkhawatirkanmu, tapi kamu tidak mau Ibu gandeng.” Dengan ungkapan seperti ini si anak akan sadar betapa ibunya sayang terhadapnya. Dengan demikian jalinan kasih sayang anak dan Ibu semakin erat dan si anak akan segera menyadari kesalahannya.

Rasulullah SAW mencontohkan kita untuk mengungkapkan rasa kasih sayang secara terus terang.

Suatu ketika Abdullah bin Sarjas ra. berkata kepada Rasulullah:
“Aku mencintai Abu Dzar”.
“Apa sudah kau kabarkan kepadanya ?”, tanya Rasulullah.
“Belum”.
Lalu Rasulullah memerintahkan agar ia memberitahukan kecintaannya itu kepada Abu Dzar.
“Wahai Abu Dzar, aku mencintaimu karena Allah,” ucap Abdullah.
“Semoga Allah mencintaimu, yang engkau cintai aku karenanya,” balas Abu Dzar.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Allah akan memberi pahala bagi siapa yang mengatakan perkataan itu.”

Mencium anak
Ciuman sebagai ungkapan kasih sayang merupakan sunah Rasulullah Saw. Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah ra.”Telah datang beberapa orang dari dusun kepada Rasulullah SAW., mereka berkata: ” Apakah kalian menciumi anak-anak kecil kalian?” Rasul menjawab: „Ya.” Mereka berkata lagi: “Namun kami, demi Allah tidak pernah mencium.” Rasul menjawab: “Apa daya diriku, jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari hati kalian.”

Dari Abu Hurairah ra. berkata: “Nabi SAW. mencium al-Hasan bin Ali. Maka berkata al-’Aqra’ bin Habis: “Sesungguhnya aku memiliki sepuluh anak, tak seorang pun di antara mereka yang aku cium”. Maka Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang tidak mengasihsayangi, ia tidak akan dikasihsayangi.” ( HR. Bukhari dan Muslim).

Hadis-hadis di atas dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa ciuman memiliki peranan penting dalam membangkitkan perasaan dan emosi anak, bahkan selain itu mampu meredakan perasaan amarahnya, dan menambah eratnya hubungan dan cinta dengan orang tuanya. Bagi anak, hal ini adalah suatu bukti rasa kasih sayang kedua orang tuanya. Seorang ibu atau bapak yang mencium anaknya membuktikan adanya perhatian terhadap anaknya. Janganlah segan-segan mengantarkan anak kita dengan ciuman manis di kening sebelum tidurnya. Hal ini akan menentramkannya ketika akan tidur.

Bercanda dan Bermain dengan Anak-anak Kecil
Dari Jabir ra. berkata:”Pernah kami bersama Rasulullah saw. kemudian kami diundang makan bersama. Tiba-tiba kami melihat Husain bermain di jalan bersama anak-anak kecil lain. Bersegeralah Nabi berada di depan sahabat-sahabatnya, kemudian beliau membentangkan tangannya, maka ia lari ke sana-kemari sehingga Rasulullah membuatnya tertawa, kemudian membawanya. Kemudian Rasul meletakkan salah satu tangannya di dagunya dan yang laindiletakkan di antara kepala dan kedua telinganya, dan Rasulullah pun merangkul dan menciumnya seraya bersabda: “Hasan dariku dan aku darinya, Allah akan mencintai orang yang dicintai oleh Hasan dan Husain, dua cucu dari cucunya. (HR. Bukhari dan Tirmidzi serta Hakim).

Meluangkan waktu bermain dan bercanda dengan anak adalah satu hal yang amat penting. Dengan demikian jalinan keakraban antara anak dan orang tua akan terjalin erat.

Suatu hal yang amat disayangkan apabila kita membiarkan anak kita bermain dengan teman-teman sebayanya tapi ternyata kita tidak dapat meluangkan waktu untuk bermain bersamanya. Maka jadilah si anak akrab dengan teman-teman lingkungannya. Padahal belum tentu lingkungannya itu islami.

Bagaimana kita dapat menanamkan nilai-nilai islami apabila kita tidak dapat akrab dengan anak-anak kita sendiri. Tugas bermain dan bercanda dengan anak bukan saja terletak pada pundak ibu, bahkan seorang ayah pun patut meluangkan waktunya untuk bermain dengan anak-anak.

Umar bin Khattab pernah berkata: “Seharusnya seorang ayah di tengah-tengah keluarganya berlaku kekanak-kanakkan, namun kalau dilihat dirinya sesungguhnya , maka ia adalah laki-laki yang ksatria. Demikianlah Akhlaq mulia Rasulullah saw. terhadap anak-anak yang patut kita contoh. Anak-anak adalah harapan kita, pertumbuhan dan perkembangan jiwa anak amat tergantung pada rasa kasih sayang yang dicurahkan oleh orang-orang di sekelilingnya. Dalam hal ini yang paling berperan penting adalah kita sebagai orangtuanya, tempat kembali bagi anak untuk merasakan dekapan hangatnya rasa kasih sayang.

Disadur dari: Ishlah no.13Th II,1994/1415 (http://didalamcahaya.wordpress.com/)
Advertisement

Ibu, Kasih Sayangmu Sepanjang Masa

Kasih ibu kepada beta
Tak terhingga sepanjang masa,

Sepenggal lirik lagu di atas kiranya sangat cocok dalam mengambarkan kasih dan sayang seorang ibu kepada anaknya.Coba mari kita kembali merenung sejenak, sudah berapa tahun kita hidup di dunia ini dan sudah berapa banyak kita membalas tulus kasih seorang ibu?

Apakah kita hadir ke dunia ini begitu saja? Jawabannya tentu saja “tidak”. Ada sesosok pribadi yang telah rela mempertaruhkan nyawanya, sehingga kita bisa menghirup udara segar di bumi Allah yang elok ini. Yah, dialah “ibu”. Seorang wanita berjuta kasih. Lewat pengorbanan dan perjuangan beliau kita bisa mengecap manisnya madu kehidupan. Bukan hanya darah, tetesan air mata dan juga peluh kesakitan, namun juga untaian do’a dan harapan disenandungkan untuk kesejahteraan dan kebahagian kita, anaknya.

Jangan kita mengira kalau perjuangan dan pengorbanan itu dimulai hanya dari semenjak kita lahir saja. Perlu kita sadari bersama, bahwa pengorbanan dan perjuangan itu sudah dimulai jauh sebelum tangisan pertama kita terdengar. Ya sembilan bulan sebelum itu seorang ibu telah mengandung dan membawa kita kemana-mana dengan penuh cinta dan kasih sayang. Belum lagi ketika melahirkan kita, seorang ibu harus bersabung nyawa antara hidup dan mati. Sungguh sebuah pengorbanan yang sangat luar biasa. Hanya wanita yang tangguh dan memiliki cinta kasih yang luar biasa yang mampu menjalani dan melewati itu semua. Cinta kasih itulah yang telah membuat seorang ibu mampu memikul beban yang luar biasa itu. Rasa itu jugalah  yang telah membuat ibu sanggup menahan penat, lelah dan berjuta rasa tidak nyaman yang mendera ketika mengandung dan melahirkan kita.

Hari itu kita telah dilahirkan. Kelahiran kita disambut dengan suka cita oleh orang yang ada di sekeliling kita. Sesosok manusia munggil nan lucu telah lahir dari rahim seorang wanita yang tangguh dan penuh kasih sayang−dialah ibu kita−.  Penat dan lelah serta rasa sakit seketika hilang ketika mendengar  tangisan pertama kita, anaknya yang kelak diharapkan akan membawa sejuta harapan dari beliau. Sesaat setelah, itu sang ibu segera memberikan ASI pertamanya kepada kita. Ketika itulah kita akan meresakan hangatnya aliran cinta dan kasih sayang dari seorang ibu yang tidak akan mungkin terbalas sampai kapanpun. Seiring dengan kelahiran kita, itu artinya perjuangan dan pengorbanan seorang ibu yang lebih berat akan segera dimulai kembali.

Waktu terus saja berjalan, kita telah tumbuh menjadi seorang bayi yang mungil dan lucu. Seorang ibu begitu telaten merawat kita dengan penuh cinta dan kasih sayang yang tulus dan tak tergantikan. Ibu rela mengurangi waktu tidurnya demi kenyamanan tidur kita, anaknya terkasih. Seekor nyamukpun tidak direlakan oleh ibu untuk hinggap dan menggigit tubuh kita. Ketika kita menangis, ibu pun dengan sigap mencari sebab kenapa kita menangis. Apakah kerena lapar dan haus atau karena popok anaknya basah dan harus diganti?  Ah, sungguh luar biasa kasih sayangmu ibu.

Ibu adalah wanita yang hebat. Bahkan sangat hebat dan luar biasa. Tidak ada satu katapun yang pantas dan bisa untuk melukiskan kehebatan kasih sayang seorang ibu. Ibu adalah sosok pribadi yang pemberi. Seorang pemberi tanpa pambrih dan selalu diiringi dengan hangatnya kasih sayang.  Mulai dari do’a, pengorbanan yang tulus, tenaga, fikiran, waktu, harta benda dan juga air mata telah diberikan oleh seorang ibu kepada kita. Hanya satu harapan beliau, yaitu supaya kita−anak-anaknya− bisa bahagia dan hidup sejahtera. Sederhana bukan? Ya, tapi tidak dengan pengorbanan ibu untuk kita, pegorbanan beliau sungguh luar biasa. Kadang  agar kita bahagia, tidak jarang seorang ibu harus mengabaikan kebahagiaan untuk dirinya sendiri.

Ketika kita sudah memasuki usia sekolah dan baru saja belajar  untuk menulis dan membaca. Seorang ibu dengan begitu sabar dan penuh kasih sayang mendampingi kita dalam mengeja setiap huruf yang kita baca. Ibu  juga  dengan begitu telaten mengajarkan tangan kita untuk mengukir setiap goresan angka dan huruf di atas lembaran kertas putih. Hal itu terus berlangsung hingga kita pandai dan lancar membaca serta menulis.

Tidak terasa waktu begitu cepat berputar dan berlalu. Kita, bayi mungil nan lucu tadi telah tumbuh menjadi sesosok pribadi yang dewasa. Sekian tahun sudah berlalu semenjak tangisan pertama kita terdengar.  Selama itu pula kita telah dibesarkan  dan dididik dengan hangatnya sentuhan cinta dan kasih sayang dari seorang ibu. Bahkan sampai saat sekarang ini kita tetap saja merasakan hangatnya aliran kasih sayang ibu itu. Kasih saying yang tidak akan pernah habis sampai kapanpu. Kasih sayang seorang ibu kepada kita ibarat matahari yang tiada jemu menyinari hamparan bumi Allah ini. Mengingat begitu besarnya jasa dan kasih saying seorang ibu kepada kepada kita, rasanya tidak berlebihan Allah Tuhan Yang Maha Agung menganjar jasa beliau dengan meletakkan surga di bawah telapak kaki ibu. Agar kita tidak lupa dan durhaka kepada beliau.

Begitu besar cinta, kasih dan sayang seorang ibu kepada kita. Apakah masih ada alasan buat kita untuk melukai hatinya? Apakah masih ada alasan bagi kita untuk tidak membahagiakan beliau? Tanyalah hati kecil kita masing-masing, dan jawablah dengan jujur setulus hati.

Mulai hari ini mari kita berkomitmen untuk tidak akan melukai hati seorang ibu. Mulai saat ini mari kita berjanji untuk tidak akan membuat seorang ibu meneteskan air mata, akibat luka karena sayatan pisau perbuatan buruk kita. Mulai detik ini mari kita tingkatkan bakhti kita kepada ibu, orang yang telah melahirkan kita. Ketika beliau sudah tiadapun kita masih harus berbakti melalui do’a. Do’a seorang anak yang shaleh.

Ingatlah, Kasih ibu itu sepanjang jalan dan sepanjang masa,….
*Oleh: Heru Perdana Putra ──sebuah renungan──
dari: http://sosbud.kompasiana.com/2012/01/05/ibu-kasih-sayangmu-sepanjang-masa/


Bagaimana Menjaga Kesehatan ibu Hamil ?

Bagaimana Menjaga Kesehatan ibu Hamil - Pada hari ini, semoga informasi singkat tentang bagaimana sih cara menjaga seorang wanita baik itu adalah istri, kerabat atau saudara dari sobat artis semua yang sedang hamil agar dapat mencegah dari semua hal yang tidak di inginkan nantinya, sebab pada masa-masa kehamilan ini merupakan suatu keadaan yang menentukan masa depan dari cabang bayi kedepannya nanti, jadi jangan lewatkan berita tentang bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil ya!

Bagaimana Menjaga Kesehatan ibu Hamil- Ibu Hamil Wajib Mandi teratur untuk mencegah sakit kulit. Gosok gigi secara teratur agar dapat mencegah sakit gigi dan gusi nantinya.
- Agar kesehatan ibu hamil selalu terjaga harus cukup istirahat berbaring sedikitnya 1 jam pada siang hari dan ingat untuk mengurangi kerja berat pada masa kehamilan.
- Dengan istirahat yang cukup akan memulihkan tenaga ibu hamil.

Boleh melakukan hubungan suami-istri?

- Untuk masalah ini lebih tepat lagi jika melakukan konsultasi kepada bidan atau dokter kandungan tentang hubungan suami-istri yang aman selama masa kehamilan.
- Pada masa hamil, Jangan merokok, menggunakan narkoba, minum jamu atau minum minuman keras. Minum obat sesuai dengan petunjuk dokter/bidan.
- Jika Merokok, minuman keras, narkoba, jamu, dan obat-obatan bisa mengganggu pertumbuhan bayi dalam kandungan di masa kehamilan ini.

Baiklah, itu beberapa tips tentang menjaga kesehatan ibu hamil, jangan lupa juga pembaca setia berita artis membaca artikel tentang cara cepat hamil setelah keguguran serta alpokat baik di konsumsi saat hamil agar asupan gizi selama masa hamil selalu terjaga. 
http://artis-indo-hot.blogspot.com/2011/05/bagaimana-menjaga-kesehatan-ibu-hamil.html

Jumat, 04 November 2011

Menikahlah Agar Anda Sehat dan Sejahtera

Sekali lagi, kita mendapatkan penegasan tentang manfaat pernikahan. Penelitian David dan John Gallacher dari Universitas Cardiff yang diterbitkan dalam British Medical Journal menyebutkan bahwa ketenangan hidup dalam pernikahan mempromosikan kesejahteraan psikologis perempuan dan laki-laki yang mengarah pada gaya hidup sehat, terutama dalam hal makanan.

“Orang menikah memiliki tingkat kematian 10-15 persen lebih rendah dari rata-rata”, komentar Gallacher bersaudara.

Agar bermanfaat bagi kesehatan Anda, suatu hubungan membutuhkan tingkat kematangan tertentu. Hubungan cinta remaja merangsang tingkat dopamin di otak yang sering dikaitkan dengan gejala depresi, sementara hubungan yang lebih matang merangsang hormon oksitosin yang menenangkan. Menurut kedua peneliti, usia terbaik untuk terlibat dalam hubungan jangka panjang adalah 25 tahun untuk pria dan 19 tahun untuk wanita.

“Namun berhati-hatilah,” kata mereka, “karena tidak semua hubungan baik untuk kesehatan Anda. Hubungan yang dipenuhi perselisihan berdampak negatif pada mental sehingga perpisahan menghasilkan efek yang menguntungkan. Dalam hal ini, jauh lebih baik menjadi lajang kembali.”

Jika Anda masih ragu dengan manfaat pernikahan, ada studi lain di Amerika yang dilakukan pada sekelompok 289 kembar laki-laki, yang menunjukkan bahwa menikah meningkatkan karakter dan kepribadian. Penelitian itu dipublikasikan dalam jurnal US Archives of General Psychiatry dan dilakukan oleh para peneliti di Michigan State University. Subjek penelitian dipantau selama 12 tahun dengan usia awal antara 17 dan 29 tahun. Di antara 289 kembar itu, mereka yang sudah menikah pada akhir masa penelitan diketahui lebih sopan, ramah dan sehat daripada mereka yang masih lajang. Tidak hanya itu, ciri-ciri kepribadian negatif seperti agresivitas, kecenderungan untuk berbohong dan bahkan melakukan tindak pidana juga berkurang.

Penelitian lain yang dilakukan oleh tim dari Selandia Baru bekerjasama dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Universitas Harvard Amerika, telah memeriksa sampel orang yang sangat banyak, sekitar 35.000. Hasil pengamatan yang menonjol adalah perpisahan atau perceraian berakibat buruk pada kesehatan mental pasangan.

“Ada penelitian internasional sebelumnya tentang dampak positif pernikahan terhadap kesehatan mental laki-laki dan perempuan. Namun studi ini lebih konklusif dan rinci,” kata pemimpin penelitian itu, psikolog Kate Scott dari University of Otago di Wellington.

Memang, penelitian lain telah menunjukkan efek menguntungkan perkawinan pada kesehatan pasangan: ikatan perkawinan membuat tekanan darah lebih terjaga, melindungi jantung, mencegah kanker dan penyakit Alzheimer, memiliki efek antidepresan, memerangi flu dan menyembuhkan luka. Namun, ada juga efek buruk dari pernikahan, terutama pada pria, yaitu bahwa setelah menikah rata-rata menjadi lebih gemuk.

sumber: http://majalahkesehatan.com/m

Selasa, 01 Februari 2011

Rumitnya Hubungan Ibu dan Anak Perempuan

Hubungan antara ibu dan anak perempuannya bisa sangat membahagiakan tapi kadang bisa juga menjadi hubungan yang berbahaya. Kenapa hubungan keduanya bisa serumit itu?


"Ini bisa disebabkan sang ibu kadang memiliki kesulitan untuk membedakan apa yang harus dilakukannya untuk anak laki-laki dengan anak perempuannya," ujar Lesley Miles yang seorang psikolog, seperti dikutip dari Health24, Kamis (6/8/2009).

Ada beberapa kecenderungan anak perempuan lebih dekat dengan ayahnya dan anak laki-laki lebih dekat dengan ibunya, tapi tidak menutup kemungkinan bagi sang anak untuk dekat dengan keduanya.

Menurut Lesley, hubungan antara ibu dan anak perempuannya bisa saling mengidentifikasi secara kuat dengan menjadikannya inspirasi satu sama lain, dan biasanya hubungan ini lebih sering diisi dengan ikatan emosional yang lebih dalam.

Aspirasi sang ibu untuk anak perempuannya sering kali bertentangan. Para ibu ingin anak perempuannya mengikuti tradisi yang konvensional, tapi disisi lain ibu juga ingin anak perempuannya memiliki karir yang sukses dan menjadi profesional. Pesan ibu yang bertentangan tersebut tercampur dan kadang membuat anak perempuannya menjadi bingung, apa yang sebenarnya diinginkan ibunya.

"Selain itu, saat ibu memasuki usia 30-40 tahun, anak perempuannya akan memasuki usia remaja, dan sering kali timbul ketidakcocokan antara keduanya yang bisa menimbulkan masalah diantara keduanya," ujar Lesley. Masalah yang ditimbulkan bisa dipicu karena ketidaksamaan pemikiran keduanya atau ekspektasi yang tidak realistis satu sama lain.

Lesley menyarankan komunikasi dan keterbukaan adalah dua hal yang paling penting untuk menjaga hubungan antara ibu dan anak yang baik dan sehat. Hubungan ini harus dibangun sejak awal dan diperlukan kepercayaan antara ibu dan anak perempuannya serta sebaliknya.

Ibu tidak perlu menentukan apa yang harus dipilih sang anak dan anak bisa memilih pilihannya sendiri. Sedangkan anak perempuan sebaiknya terbuka terhadap ibunya dan tidak terlalu memaksakan kehendaknya sendiri. Ibu dan anak tidak akan bisa memenuhi impiannya sendiri, karena dibutuhkan saling mendukung antara keduanya.

Untuk itu, ciptakanlah hubungan yang baik dan sehat antara ibu dan anak perempuannya serta anak laki-lakinya juga, sehingga tercipta keluarga yang harmonis dan bahagia.

Sumber : DetikHealth

Selasa, 07 Desember 2010

Kekerasan Bukan Solusi dalam Mendidik Anak

Sebuah penggalan cerita nyata yang sering kita jumpai atau kita dengar bagaimana orang tua mendidik anak dalam kehidupan sehari-harinya.
“Bid…ayo mandi! Disuruh mandi saja kok malas amat!” bentak ibu Abid (7) seraya menyeret paksa anaknya yang sedang asyik bermain.
“Fatma…jangan dekati kompor itu! Bahaya, tahu!” Bentak ayah Fatma yang memergoki putrinya (4) sedang mengutak-atik kompor minyak.
Ketika bocah kecil itu menangis mendengar bentakan ayahnya, sang ayah malah kembali membentak, “Heh…diam!” Si kecil pun semakin ketakutan.

Membentak anak, sepertinya sudah menjadi kebiasaan sebagian orang tua. Cara yang buruk dalam mendidik anak , saat melihat anak melakukan kesalahan, atau ketidakpatuhan, orang tua memang sering dibuat jengkel. Secara refleks, karena emosi, orang tua sering bermaksud ‘menasihati’, tapi diucapkan dengan nada tinggi. Kebiasaan ini juga lebih sering dilakukan oleh orang tua yang temperamental.
Pertanyaannya, “efektifkah menasihati anak dengan bentakan?”

Tentu tidak, sebab kalau anak terlalu sering dibentak, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang minder, tertutup, bahkan pemberontak. Ia pun bisa menjadi temperamental dan meniru kebiasaan orang tuanya, suka membentak. Dalam Nikah edisi Juni 2006 sudah dibahas cara menasihati anak secara efektif (Menegur Perilaku, Menghargai Pelaku). Pada edisi kali ini, akan dipaparkan beberapa akibat bila anak terlalu sering menerima bentakan. Selain itu, akan dibahas pula bagaimana kiat menumbuhkan kepatuhan.

SALAH KAPRAH ORANG TUA
Seringkali orang tua baru bertindak ketika kesalahan telah dilakukan oleh anak. Bukan mencegah, mengarahkan, dan membimbing sebelum kesalahan terjadi. Seharusnya orang tua mempertimbangkan tingkat perkembangan kejiwaan anak, sebelum membuat aturan. Jangan menyamakan anak dengan orang dewasa. Orang tua hendaknya menyadari bahwa dunia anak jauh berbeda dengan orang dewasa. Jadi, ketika menetapkan apakah perilaku anak dinilai salah atau benar, patuh atau melanggar, jangan pernah menggunakan tolok ukur orang dewasa. Harus diakui, orang tua yang habis kesabarannya sering membentak dengan kata-kata yang keras bila anak-anak menumpahkan susu di lantai, terlambat mandi, mengotori dinding dengan kaki, atau membanting pintu. Sikap orang tua tersebut seperti polisi menghadapi penjahat. Sebaliknya, orang tua sering lupa untuk memberikan perhatian positif ketika anak mandi tepat waktu, menghabiskan susu dan makanannya, serta memberesi mainannya. Padahal seharusnya, antara perhatian positif dengan perhatian negatif harus seimbang.

PENGARUH TERHADAP ANAK
Anak-anak yang sering diberi perhatian negatif, apalagi dengan teguran keras atau bentakan, akan mudah tertekan jiwanya. Kemungkinan ia bisa berkembang menjadi anak yang:
- Minder
Bila anak selalu dicela dan dibentak, dan tak pernah menerima perhatian positif saat ia melakukan kebaikan, maka ia bisa tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri atau minder. Akan tertanam dalam jiwanya bahwa ia hanyalah anak yang selalu melakukan kesalahan, tidak pernah bisa berbuat kebaikan atau menyenangkan orang lain. Akibatnya, ia sering ragu-ragu atau tidak percaya diri untuk melakukan atau mencoba sesuatu karena takut salah. Misalnya, ia jadi tidak pede untuk mengaji atau membaca Al-Quran, gara-gara orang tuanya selalu membentaknya bila mendengar bacaannya salah.

-Cuek/ tidak peduli
Anak yang selalu dibentak juga bisa berkembang menjadi anak yang cuek dan tidak peduli. Akibat sudah terlalu sering menerima bentakan, ia malah jadi apatis, tidak peduli. Ia pun sering mengabaikan nasihat orang tuanya. Mungkin saat dibentak atau dimarahi ia terlihat diam mendengarkan, tapi sesungguhnya kata-kata orang tuanya hanya dia anggap angin lalu. Masuk ke telinga kanan lalu keluar lewat telinga kiri.

- Tertutup
Orang tua yang temperamental dan suka membentak, tentu akan menakutkan bagi anak. Ya, anak menjadi takut pada orang tuanya sendiri, sehingga ia tumbuh menjadi pribadi yang tertutup. Ia tak pernah mau berbagi cerita dengan orang tuanya. Buat apa berbagi kalau nanti ujung-ujungnya ia akan disalahkan? Dengan demikian, komunikasi antara orang tua dan anak tidak bisa berjalan lancar. Hal ini tentu berbahaya, karena bila menghadapi masalah dan hanya disimpan sendiri, jiwa anak bisa sangat tertekan.

- Pemberontak/ penentang
Anak yang bersikap menentang bisa digolongkan dalam 3 tipe. Pertama, tipe penentang aktif. Mereka menjadi anak yang keras kepala, suka membantah dan membangkang apa saja kehendak orang tua. Mereka marah karena merasa tidak dihargai oleh orang tua. Untuk melawan jelas tak bisa, karena ia hanya seorang anak kecil. Maka ia pun berusaha menyakiti hati orang tuanya. Ia akan senang bila melihat orang tuanya jengkel dan marah karena ulahnya. Semakin bertambah emosi orang tua, semakin senanglah ia. Kedua, tipe penentang dengan cara halus. Anak-anak ini jika diperintah memilih sikap diam, tapi tidak juga memenuhi perintah. Sebagaimana Abid yang disuruh mandi oleh ibunya, tapi tak juga mau beranjak dari tempatnya bermain. Saat ia ditinggalkan sendiri di kamar mandi pun, ia tidak segera mandi, malah bermain air atau kapal-kapalan. Ketiga, tipe selalu terlambat. Anak seperti ini baru mengerjakan suatu perintah setelah terlebih dahulu melihat orang tuanya jengkel, marah, dan mengomel atau membentak-bentak karena kemalasannya.. Misalnya Angga yang belum mau beranjak dari tempat tidurnya bila belum dibentak atau diomeli ibunya.

- Pemarah, temperamental dan suka membentak
Anak sering meniru sikap orang tuanya. Bila orang tua suka marah atau ‘main bentak’ karena sebab-sebab sepele, maka anak pun bisa berbuat hal yang sama. Jangan heran bila anak yang diperlakukan demikian, akan berlaku seperti itu terhadap adiknya atau teman-temannya.

Sumber : http://semangatbelajar.com/

Tantangan Tahun Pertama Pernikahan


Tahun-tahun pertama perkawinan adalah masa-masa penyesuaian pasangan dalam meleburkan kepentingan dua kepala dan individu menjadi satu kepentingan atas nama bersama. Di masa ini pasangan memiliki persepsi serba positif mengenai konsep pernikahan. Sikap positif thingking menjadi dasar setiap pasangan dalam mewujudkan kehidupan perkawinan yang ideal seperti yang mereka bayangkan.

Masa-masa pernikahan juga bisa menjadi masa-masa penuh cobaan karena penyesuaian awal ini butuh pengorbanan. Jika berhasil, pasangan akan memasuki tahap berikutnya dengan landasan yang lebih kokoh. Sebaliknya, jika gagal menyesuaikan diri dan menghabiskan banyak energi untuk memahami atau menuntut pasangan agar sesuai dengan harapan, maka perkawinan akan disibukan dengan hal-hal kecil. Kalau dibiarkan akan menjadi besar.

Bagaimana melewati cobaan yang lebih berat di tahun-tahun mendatang, jika pada masa awal saja pasangan tidak saling mendukung. Banyak sekali hal-hal yang dapat menjadi hambatan di tahun-tahun pertama perkawinan. Mulai dari pembagian tanggung jawab rumah tangga, alokasi keuangan, hingga ke masalah sosialisai dengan keluarga besar pasangan.

Dengan mengenali sumber konflik dan tantangan pertama tahun perkawinan, disarankan agar pasangan bisa melakukan introspeksi diri dan segera kembali ke konsep awal pernikahan. Tantangan itu hendaknya justru memperkuat kehidupan rumah tangga untuk memasuki tahap berikutnya yang tak kalah menantang dan bukannya menggoyahkan ikatan.

Tantangan-tantangan yang akan dihadapi adalah seperti:

Sukar melepaskan gaya hidup lajang
Banyak individu yang memasuki gerbang rumah tangga dengan pemahaman bahwa pasangannya akan memahami gaya hidupnya saat melajang. Sebaiknya saling terbuka membicarakan sejauh mana batas toleransi terhadap kebiasaan dan hobby masing-masing.

Ekspektasi berlebih
Umumnya pasangan yang baru menikah membayangkan kehidupan yang serba indah dan pasangan bersikap serba sempurna dalam menjalani hidup berumah tangga. Seseorang terpaksa menahan kecewa, karena pasangannya yang dulu ia bayangkan saat masih pacaran ternyata berbeda dengan setelah menikah. Jangan berharap terlalu tinggi terhadap pasangan, karena akan kecewa dan putus asa jika arapannya tak terpenuhi. Sebaiknya menerima kenyataan yang ada. Anggaplah kekurangan itu sebagai anugrah dan tantangan bagi kita untuk mengimbanginya dengan kelebihan kita.

Sukar menyatukan pendapat
Tak sedikit pasangan yang baru menikah menghabiskan waktu berduanya dengan berargumentasi membicarakan hal-hal yang tak terlalu penting. Saat baru menikah pasangan masih mempertahankan egonya masing-masing. Sebelum menikah mereka bertindak memutuskan sendiri. Namun setelah menikah semua keputusan diambil harus dengan kesepakatan bersama. Tidak ada salahnya bila masing-masing belajar berkompromi dan mengalah demi kesenangan yang lain.

Sulit beradaptasi
Tingkat keluasan bersosialisasi seseorang berbeda-beda. Ada yang mudah masuk kelingkungan yang lebih besar tapi ada juga yang tidak. Bila seseorang sulit membaur dengan keluarga pasangannya, sebaiknya si suami/isteri memberi pengertian kepada pasangannya, bahwa keluarganya adalah keluarga pasangannya juga. Sebaiknya pasangan juga tidak terlalu menuntut adaptasi secepat kilat dari pihak yang lain. Bagaimanapun lingkungan baru yang besar membutuhkan perjuangan sendiri untuk bisa masuk ke dalamnya.

Uangku, uang kita
Pasangan yang berkarir sebelum menikah mengalami banyak benturan mengenai keuangan bersama setelah memasuki gerbang rumah tangga. Keuangan rumah tangga modern yang makin fleksibel sebenarnya jauh memudahkan pasangan yang sama-sama berpenghasilan sendiri untuk berkompromi. Tinggal pilih, mau tabungan bersama atau pembagian pembiayaan rumah tangga berdasarkan pos-posnya.

Terusik masa lalu
Setelah menikah, sebaiknya masa lalu disimpan didalam hati saja. Bila bagian dari masa lalu kembali mengusik setelah kita berumah tangga, yang harus diingat adalah tanggung jawab terhadap komitmen pernikahan dengan pasangan. Biarlah masa lalu menjadi kenangan dan mulailah masa kini dengan harapan baru menuju masa depan yang bahagia. (pernikahan.com)
 
Sumber akses : http://www.f-buzz.com/


Awal Pernikahan Antara Realitas dan Ilusi


Semasa gadis, Atiqah (bukan nama sebenarnya), sering berharap untuk menjadi seorang isteri yang taat dan sering mengukir senyuman buat suaminya. Dia yakin, dengan menjadi isteri yang solehah dan menggembirakan suami, dia sudah dapat menempati salah satu tempat di surga. “Tidak perlu susah-susah bagi seorang wanita mencari surga Allah,” begitu yang kerap terlintas dalam hatinya.

Harapan untuk menjadi isteri yang solehah dibina oleh Atiqah setelah dia menerima kesadaran Islam dan ketika pemahamannya mengenai Islam semakin jelas. Padahal sewaktu remaja, dan ketika agama hanya dilihat sekadar amalan rutin seperti yang ditekankan oleh sekolah dan keluarganya, dia tidak pernah mempunyai harapan dan impian begitu. Malah dia merasa agak janggal apabila memikirkan surga dan neraka Allah.

Berkat berteman dengan mereka yang berminat mendalami agama, Atiqah sering mengikuti pengajian. Dalam bacaannya, dia menemukan banyak tema tentang perkawinan.

Dia juga banyak menemukan ayat Al-Quran yang menganjurkan berumahtangga. Dia pun ingin menjadi sebaik-baik perhiasan sebagaimana kata hadits, dunia adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri solehah. Atiqah juga begitu senang dengan hadis yang pernah disebut Rasulullah, yaitu “Jika manusia boleh menyembah manusia selainnya, maka aku perintahkan isteri menyembah suaminya.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi,Ibnu Majah dan Ibnu Hibbin)

Berkat keinginan yang tinggi untuk menjadi isteri yang solehah sebagaimana dicontohkan oleh isteri-isteri Rasulullah, maka Allah akhirnya menemukan jodoh Atiqah dengan Mustafa (bukan nama sebenarnya). Mustafa, seorang jejaka yang tidak kurang solehnya.Akhirnya kedua-dua mereka melangkah ke gerbang pernikahan.
Maka menagislah syaitan ketika kedua anak Adam diijabkabulkan. Seperti Atiqah, Mustafa yang mengenali Islam sejak berada di kampus, sering bercita-cita untuk membentuk rumahtangga. Pilihannya, pasti seorang wanita solehah yang menyejukkan hati dan mata.
Dia pernah membayangkan, alangkah bahagianya menjadi seorang suami yang kuat pribadinya dan mampu membimbing orang lain, terutama isteri dan anak-anaknya. Dia teringat akan pesan Rasulullah, bahwa “hanya lelaki yang mulia saja yang akan memuliakan wanita.” Mustafa pernah bercita-cita mengikuti Rasulullah yang begitu sayang dan lemah lembut pada isterinya. Tidak merasa rendah diri apabila membantu isteri melakukan pekerjaan rumah.

Rumahtangga Mustafa-Atiqah terus berlalu; hari demi hari, minggu demi minggu dan bulan demi bulan… Biarpun harapan dan cita-cita menghidupkan rumahtangga Muslim terus hidup, namun kenyataan pun harus mereka hadapi juga.
Perbedaan kepribadian, perasaan, pembawaan, selera dan kegemaran yang selama ini terbina dari latar belakang keluarga dan pendidikan yang berbeda, ternyata tidak mudah untuk disatukan.
Jika sebelum perkawinan semua itu dikatakan mudah diselesaikan melalui pemahaman agama, ternyata lambat laun ada juga perselisihan. Perselisihan memang tidak dapat dielakkan dalam rumahtangga. Apalagi jika pasangan suami isteri tidak menyedari bahawa syaitan sentiasa berusaha untuk menjahanamkan anak Adam.

Dalam kisah Mustafa dan Atiqah, ternyata segala yang dibayangkan tidaklah seindah realitasnya. Mencontoh rumahtangga Rasulullah memang satu tuntutan. Namun sebagai seorang Islam, tantangan dan cobaan adalah peluang untuk mempertingkatkan diri dan semakin bergantung kepada Allah.

Berbagai masalah dalam perkawinan dan rumahtangga harus dihadapi secara sabar dan realistik oleh pasangan suami isteri yang inginkan naungan Allah.
Ada isteri yang mengeluh karena cara suami menegur, dikatakan kasar dan memalukan. Ada pula suami mengeluh karena sikap isteri yang kurang cakap mengurus keluarga. Maklum saja, ada dikalangan isteri sebelumnya sibuk belajar dan berorganisasi sehingga sangat jarang ikut mengurus masalah dapur.

Mustafa pun mulai mengeluh.Ternyata isterinya tidak seperti dia impikan. Malah Atiqah juga mengeluh terhadap Mustafa karena dianggapnya terlalu dimanjakan oleh orang tuanya dahulu. Apalagi Mustafa terlalu berhati-hati berbelanja.

Atiqah juga mulai merasakan penyesalan di hati akibat tidak mau bekerja setelah kuliah, karena niat untuk menumpahkan perhatian sepenuhnya kepada suami dan rumahtangga, dan mencapai impian menjadi wanita solehah.

Kadang-kadang semangat seorang Muslimah solehah untuk keluar rumah mencari kesibukan di luar tidak diimbangi dengan peranannya dalam rumahtangga. Hal ini menyebabkan suami mengeluh karena dibebani dengan tugas-tugas rumahtangga.Ada juga di kalangan isteri terlalu banyak menceritakan kekurangan suaminya, dan sering lupa untuk melihat kebaikan dan kelebihan suaminya.
Ada suami yang sikapnya dingin, tidak pandai memuji dan bercanda dengan isterinya. Apabila melihat kebaikan pada isterinya dia diam saja, tetapi apabila melihat kelemahan, segera diungkit. Memang, banyak cobaan pada pasangan suami isteri dalam rumahtangga.

Tidak semua yang indah-indah seperti diimpikan sebelum berumahtangga menjadi kenyataan. Sudah menjadi sunnah kehidupan, bahwa akan berlaku pergeseran kecil dan perbedaan, sepanjang menjadi suami isteri. Itu namanya asam garam berumahtangga.
Pasangan seperti Mustafa dan Atiqah mempunyai kelebihan menghadapi cobaan berumahtangga, karena mereka berbekal pemahaman agama dan rasa ketergantungan yang tinggi kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mempunyai pemikiran yang mungkin tidak dirasai oleh pasangan yang jauh diri dari Islam.
Adakalanya kita memerlukan bantuan pihak ketiga dalam menyelesaikan masalah rumahtangga kita, kerana “kaca-mata” yang kita pakai sudah begitu kelabu sehingga gagal melihat semua kebaikan pasangan hidup kita. Mungkin pihak ketiga bisa membantu mencuci atau memperbaharui kacamata kita supaya pandangan kita kembali jelas dan wajar.

Pasangan yang bijak dan tinggi pemahaman agamanya, akan mampu untuk istiqamah dalam menjaga perkawinan mereka dan lebih mampu menghadapi badai melanda.
Adalah penting sebelum kita mendirikan rumahtangga, mempunyai suatu tanggapan bahwa kita (bakal suami isteri) berjanji akan melengkapi antara satu sama lain, karena manusia bukanlah makhluk sempurna. Manusia tidak mungkin dapat menjadi isteri atau suami yang sempurna seperti bidadari atau malaikat.

Kita harus siap menerima pasangan hidup seadanya, termasuk segala kekurangannya, selama tidak melanggar syariat. Kita memang berasal dari latar belakang keluarga, kebiasaan dan watak yang berbeda, yang membentuk watakan dan persepsi hidup tersendiri.

Apabila kita menerima keadaan ini, insya Allah kita akan berhasil menghindar dari menikah dalam illusi kita pada hari kita diijabkabulkan, tetapi sebaliknya kita sudah menikah dalam realitas kita.

Setiap pasangan Muslim, tidak boleh menjadikan rumahtangga sebagai tujuan. Ingat, ia hanya alat untuk kita meningkatkan diri dan ketakwaan kepada Allah.

Menikah berarti kita mampu mengawal nafsu daripada langkah yang salah. Dan setiap persetubuhan bagi suami isteri untuk menghindar dari maksiat, akan mendapat pahala dari Allah swt. Betapa indahnya Islam.

Sumber : http://semestahidayah.wordpress.com

9 Hal Harangan Buat Para Istri

1.LARANGAN MENYELEWENG
Point ini memang menduduki urutan teratas,karena sejarah manusia menyebutkan bahwa istri dilarang keras menyeleweng.Istri,pada dasarnya adalah pemegang kendali sebuah rumah tangga. Baik buruknya keluarga,tergantung istri. Melihat betapa tingginya fungsi seorang istri bagi keluarga,maka dapat dibayangkan bagaimana bentuk keluarga itu jika istri sampai menyeleweng.

2.LARANGAN MEMBUAT CEMBURU

Tak sedikit para istri yang pernah memergoki suaminya menyeleweng,lantas melakukan balas dendam. Dia buktikan bahwa dia pun mampu mempunyai kekasih juga,agar suaminya cemburu. Sikap istri yang demikian ini bukan akan menyelesaikan persoalan, justru aka menyebabkan suami emosi dan mengulangi kesalahannya lebih besar lagi.

3.LARANGAN MEMBUAT JARAK
Jika suami sudah mengaku salah,ada baiknya diberi maaf dan diberikan pengertian agar tidak mengulangi kesalahan itu. jangan lantas anda membuat jarak supaya suami merasa terhukum. Banyak cara untuk membuat suami jera. tetapi,cara terbaik adalah Anda munculkan sifat terbaik Anda. Jangan membuat jarak.

4.LARANGAN MENGHUKUM
Menghukum suami,apalagi dengan sikap praduga yang belum jelas masalahnya,adalah merupakan sikap yang tidak baik. Sikap mengambil kesimpulan sepihak bahwa suami Anda bersalah,akan membuat suami merasa terhukum. Hal ini bisa menyebabkan suami melakukan dendam pada Anda.

5.LARANGAN MENGHINA

Jika suami Anda terkena PHK misalnya,jangan sampai Anda berkata ,'He...,kamu tidak bisa cari uang!'.karena kata-kata Anda yang demikian ini merupakan bentuk penghinaan. JIka Anda sampai mengucapkan kata-kata demikian,kemungkinan timbulnya cekcok sangat besar.

6.LARANGAN OTORITER
Sebagai seorang istri,Anda jangan bersifat otoriter,sifat kaku dan ingin menang sendiri.
 
7.LARANGAN MENGGURUI
Meski Anda berpendidikan atau penghasilan lebih tinggi dari suami,jangan sekali-kali menggurui suami. Anda jangan sok lebih pintar,atau lebih tahu.
 
8.LARANGAN TAK MENGURUS KEINDAHAN
Pada umumnya suami ingin di suguhi keindahan. Khususnya,keindahan diri Anda sebagai seorang istri yang paling sering tampil di sampingnya. Karena itu,Anda perlu memelihara keindahan diri setiap saat,meski perkawinan Anda telah berusia puluhan tahun. Keindahan diri perlu dilakukan tidak hanya sebelum perkawinan,tetapi setelah perkawinan juga perlu.
 
9.LARANGAN MEMBUAT PESIMIS
Sekiranya suami mempunyai masalah,jangan membuat suami menjadi pesimis(kecil hati). Kewajiban istri ialah memberi dorongan agar suami menjadi optimis(bersemangat)dalam menghadapi masalah.

Delapan Alasan Suami Tidak Menyeleweng

Ketakutan yang paling besar pada pasangan yang menikah adalah bila salah satunya selingkuh atau menyeleweng. Menurut penelitian, penyelewengan lebih banyak dilakukan oleh suami dibandingkan istri. Jadi, terselip kekhawatiran, mungkinkah seorang suami mampu tetap setia kepada istrinya? Berikut hasil penelitian Maxine Rock di Amerika Serikat terhadap 1000 orang suami berusia 21 tahun sampai 80 tahun yang mengaku berbahagia dalam kehidupan perkawinannya:

1. Dia selalu mengerti apa saja yang saya bicarakan.

2. Saya yakin, ia tidak akan membuka rahasia perkawinan kami.

3. Dia tidak pernah mengomel.

4. Kami memiliki waktu-waktu yang menyenangkan, menonton berdua atau sekadar bercanda di kamar.

5. Dia mandiri dan percaya diri.

6. Dia tidak perhitungan.

7. Dia menganggap perkawinan kami adalah yang paling penting.

8. Ia tidak mengubah diri saya. 
 
Sumber: http://www.sobatmuslim.com

Adakalanya, Istri Boleh Tak Patuh Juga

Foto : Google
“Jika seorang wanita mengerjakan shalat lima waktunya, berpuasa di bulan Ramadhannya, menjaga kemaluannya, dan menaati suaminya, maka dikatakan kepadanya, ‘Masuklah ke surga dari pintu mana saja yang engkau suka’.”[1]

Setiap pasangan suami isteri pasti mendambakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Rumah tangga akan harmonis dan bahagia jika masing-masing dari keduanya merasakan ketentraman, cinta, dan kasih sayang. Namun semuanya itu tidak akan pernah terwujud kecuali jika setiap pasangan mengerti dan memahami tugas masing-masing. Sebagaimana keduanya memiliki hak, keduanya juga mempunyai kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan dengan penuh tanggung jawab.

Kewajiban utama seorang suami adalah menjadi kepala rumah tangga, pemimpin dalam komunitas keluarga, yang bertanggung jawab mengayomi, melindungi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga. Sedangkan kewajiban utama seorang istri adalah menaati dan melayani suami.
Dalam konteks kewajiban taat seorang istri kepada suaminya, Rasulullah saw pernah bersabda,

“Sekiranya aku (boleh) memerintahkan seseorang untuk bersujud kepada orang lain, niscaya akan kuperintahkan wanita untuk sujud kepada suaminya.”[2]

Melalui hadits mulia ini, Rasulullah saw ingin menyampaikan pesan kepada para istri, bahwa suami memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Suami layaknya nahkoda yang mengatur jalannya rumah tangga kala mengarungi lautan kehidupan. Maka semestinya ia ditaati, bukan didurhakai, seharusnya ia diikuti, bukan dikhianati. Dan seorang istri shalihah yang berimana kepada Allah dan RasulNya, tidak akan memandang kewajiban taat ini sebagai bentuk diskriminasi terhadap wanita, kekerasan dalam rumah tangga, atau pelanggaran terhadap hak asasi manusia, sebagaimana yang diklaim oleh orang-orang kafir dan para pengekor mereka. Akan tetapi, ia akan memandang bahwa kewajiban taat ini merupakan bentuk ketaatan kepada Allah yang telah menciptakanNya, menciptakan suaminya, dan menciptakan adanya hubungan suci nan mulia di antara keduanya. Ia akan mengatakan, “Kami dengar, dan kami taat”, kemudian ia akan menunaikannya dengan penuh ketulusan dari lubuk hati dan keikhlasan karena mengharap ridha Ilahi.

Namun yang perlu dipahami di sini adalah, sejauh manakah kewajiban taat seorang istri kepada suaminya? Apakah ia merupakan ketaatan mutlak tanpa batas? Ketaatan yang menjadikan istri layaknya budak kepada tuannya? Ataukah ada suatu kondisi di mana ketaatan itu boleh dilanggar, atau bahkan wajib didurhakai?

Dalam hal ini, Rasulullah saw telah menggariskan satu kaidah agung yang harus dipahami dengan penuh keimanan oleh masing-masing pasangan. Rasulullah saw bersabda,

“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam hal kemaksiatan kepada Allah Azza wa Jalla.”[3]

Beliau saw juga bersabda,
“Sesungguhnya ketaatan itu hanyalah dalam hal yang ma’ruf.”[4]

Ya, ketaatan istri kepada suami bukan hanya karena suami telah menafkahinya, melindunginya, dan memenuhi segala kebutuannya. Akan tetapi lebih dari itu, ketaatan istri kepada suami adalah merupakan bentuk ketaatan kepada Allah swt. Karena Allah telah memerintahkan istri untuk taat kepada suami. Oleh karena itu, ketaatan seorang istri kepada suaminya harus disesuaikan dengan ketaatan kepada Allah swt. Sebab, jika kewajiban taat dan patuh kepada suami sangatlah besar, maka kewajiban taat dan patuh kepada Allah, tentu lebih besar lagi, karena Allah-lah yang telah menciptakan ia dan suaminya, dan mengikatkan tali cinta suci di antara keduanya.

Artinya, kepatuhan istri kepada suami dibatasi pada hal-hal yang tidak mengandung kemaksiatan kepada Allah swt. Jika sang suami memerintahkannya melakukan suatu kemaksiatan –sekecil apa pun kemaksiatan itu-, maka sebesar apa pun kecintaannya kepada sang suami, ia tidak boleh mematuhinya.

Di antara contoh perintah suami yang tidak boleh ditaati oleh istri:
1. Suami menyuruh istri berbuat syirik atau kufur

Jika suami memerintahkan istrinya untuk melakukan atau membantu suatu perbuatan syirik; menyuruhnya pergi ke dukun, mencari penglaris untuk dagangan, mengalungkan jimat pada anaknya, atau apa pun bentuk kesyirikan itu, maka istri tidak boleh patuh dan wajib membantah perintah suaminya, meski sang suami tidak senang, tidak ridha, murka, atau bahkan hendak menceraikannya. Bahkan dalam suatu kondisi, apabila sang suami tidak bisa dinasihati, tidak mau bertaubat dari kesyirikannya, sang istri boleh menggugat cerai dari suaminya yang musyrik. Karena keberadaannya di sisi suami, akan mengancam akidahnya. Suaminya yang musyrik itu akan dapat menjerumuskannya ke dalam kemurkaan Allah Azza wa Jalla. Rasulullah saw bersabda,
“Barangsiapa mencari keridhaan Allah dengan kemurkaan manusia, niscaya Allah akan mencukupinya dari tuntutan manusia, dan barangsiapa mencari keridhaan manusia dengan murka Allah, niscaya Allah akan menyerahkannya kepada manusia.”[5]

2. Suami menyuruh berbuat bid’ah

Di samping kesyirikan, penyakit kronis yang sudah mendarah daging pada masyarakat kita adalah banyaknya perbuatan bid’ah yang sudah dianggap sebagai sunnah. Padahal, melakukan bid’ah merupakan bentuk kedurhakaan kepada Allah swt dan RasulNya saw. Oleh karena itu, jika suami memerintahkan istri untuk melakukan amalan bid’ah atau membantu suami merayakan ritual-ritual bid’ah, maka di sini pun istri tidak boleh patuh.

3. Suami menyuruh membuka aurat
Mengenakan jilbab (busana syar’i wanita Muslimah) hukumnya wajib. Jika suami memerintahkan istri untuk melepas kerudungnya atau membuka aurat lainnya, dengan alasan untuk pekerjaan atau apa pun alasannya, maka istri tidak boleh mematuhinya. Jika istri mematuhinya, berarti ia telah durhaka kepada Allah swt. Allah berfirman, “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang Mukmin, ‘Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).

4. Suami menyuruh membeli rokok
Meski rokok belum ada di zaman Rasulullah saw, namun Islam telah datang dengan membawa nash-nash umum yang mengharamkan segala sesuatu yang mudarat, keji, menjijikan, mengganggu orang lain, menyia-nyiakan harta, tidak ada manfaatnya, serta membinasakan, dan rokok telah mengumpulkan segala keburukan ini, oleh karena itu semua ulama ahlus sunnah telah sepakat bahwa rokok hukumnya haram[6], sehingga istri tidak boleh patuh jika suami minta dibelikan atau dicarikan rokok, karena itu merupakan bentuk tolong menolong dalam kemaksiatan, dan jika istri patuh dalam hal ini, maka ia akan berdosa.

5. Suami minta dilayani di ranjang, sedangkan istri dalam keadaan haidh, atau suami minta jimak melalui dubur
Istri tidak diperkenankan menolak ajakan suaminya untuk berhubungan intim, jika istri menolak (tanpa alasan syar’i), maka ia akan dilaknat hingga suaminya itu ridha.[7] Namun demi suatu hikmah dan kemaslahatan, Islam telah mengatur rambu-rambu bagi suami istri dalam berhubungan intim, dan jika rambu-rambu itu dilanggar, maka mereka akan terjatuh ke dalam dosa. Di antara rambu-rambu itu adalah tidak boleh berhubungan intim ketika istri sedang haidh, oleh karena itu istri harus menolak ajakan suami untuk berhubungan intim jika ia sedang haidh. Namun dalam kondisi seperti ini keduanya boleh melakukan apa saja selain jimak. Demikian juga apabila suami mengajak istri untuk berhubungan intim melalui dubur, maka ia juga harus menolaknya. Jika tidak, maka keduanya justru akan mendapatkan murka dari Allah swt. [8]

Dan demikianlah seterusnya, segala bentuk perintah suami yang mengandung kemaksiatan serta kedurhakaan kepada Allah, maka istri tidak boleh mematuhinya. Namun yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh istri adalah, bahwa ketika suami memerintahkannya melakukan satu kemaksiatan, bukan berarti itu menggugurkan ketaatan istri secara keseluruhan, akan tetapi kewajiban tidak taatnya itu hanya berkenaan dengan perintah yang mengandung kemaksiatan tersebut. Istri juga tidak diperkenankan untuk serta merta marah, benci, dan menghardik suami yang melakukan atau memerintahkan kemaksiatan. Akan tetapi harus tetap ada usaha untuk menasihati dan memberikan pengertian kepada suami. Dan istri yang shalihah adalah istri yang bisa bijak tatkala menghadapi kesalahan suaminya, bisa memberinya nasihat tanpa terkesan menggurui, bisa mengingatkannya tanpa membuatnya tersinggung. Semoga Allah swt memberikan taufikNya kepada kita semua, amin.