Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Minggu, 28 November 2010

Pemuda Dan Reformasi

Oleh : El Er Iemawati
Sumpah pemuda yang diikrarkan pada tanggal 28 Oktober, merupakan salah satu peristiwa bersejarah. Peristiwa monumental tersebut merupakan landasan persatuan untuk menuju perjuangan. Para pemuda telah mengambil sikap yang maha penting dalam sebuah keputusan. SUMPAH PEMUDA. Dengan satu kebulatan tekad untuk menjadi satu bangsa, Bangsa Indonesia, dan bersumpah untuk mencintai tanah air,  tanah air Indonesia.
Langkah yang sangat berani tersebut, diambil ketika berada pada sebuah situasi dan kondisi di tengah-tengah kekuasaan penjajah yang menindas setiap usaha kemerdekaan.
Kini perjuangan heroik itu telah  74 tahun telah berlalu, dan telah menjadi warisan yang monumental untuk para pemuda. Warisan yang mengandung  ilham kepatriotan dan kepahlawanan. Dan Sumpah Pemuda merupakan babak baru dalam sejarah pergerakan dan perjuangan bangsa.
Dalam perjuangan selanjutnya, semangat Sumpah Pemuda telah merasuk dalam setiap dada pemuda. Tahun 45, menjelang detik-detik proklamasi, para pemuda berhasil mendorong pemuka bangsa untuk segera mewujudkan kemerdekaan. Di kala negeri ini terancam bahaya adanya pemberontakan G.30 S/PKI, pemuda pula yang dikenal dengan angkatan 66 menjadi inti penyelamat bahtera negara Indonesia. Demikian pula dalam mengakhiri kekuasaan pemerintahan yang penuh KKN tahun 1998, para pemuda sebagai motornya.
Masa 74 tahun  cukuplah panjang bagi  usia seseorang, tapi tidak demikian bagi sebuah generasi. Tenggang waktu itu sangat singkat bagi perjalanan suatu bangsa. Semangat Sumpah Pemuda tidak boleh pudar. Cita-cita luhur yang terkandung didalamnya jangan sampai lenyap karena perubahan musim.
Agenda reformasi yang telah digulirkan dengan cita-cita mulia menuju Indonesia Baru memerlukan waktu yang sangat panjang dan melalui berbagai tahapan. Dan para pemuda menjadi tumpukan harapan.
Salah satu agenda reformasi adalah pemberian kewenangan yang lebih luas pada daerah untuk menentukan dan menjalankan fungsi pemerintahan sehingga mampu menggalakkan aspirasi masyarakat dalam pembangunan. Juga mendorong masyarakat untuk bertanggung jawab atas kehidupan bersama, terutama dalam menyiapkan SDM.
Perubahan sistem sentralisasi menjadi desentralisasi memberikan peluang cukup besar pada daerah untuk pengembangan kualitas yang bercorak dan berkarakter sesuai dengan situasi dan kondisi daerah. Dengan mengembangkan potensi budaya daerah dan nilai-nilai religius. Penanaman kecintaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menumbuh-kembangkan budaya Iptek, menumbuh kembangkan daya juang, profesionalisme dan wawasan keunggulan. Membangkitkan dan menumbuh kembangkan kreatifitas, sikap hidup hemat, cermat, tertib, tekun dan disiplin. Potensi pemuda tersebut digodok dalam kawah candradimuka, melalui pintu pendidikan.
Tentu saja semua elemen masyarakat berperan aktif, legislatif, eksekutif  sebagai penentu persetujuan dan penentu kebijakan, menyediakan semua sarana dan prasarana dalam menunjang semua aktifitas pembentukan SDM. Dan para pemuda tidak bersikap apatis, acuh tak acuh, sehingga hanya dijadikan obyek tanpa bisa mengembangkan kemampuan, menyalurkan semua aspirasi serta kreatifitas.
Pemuda adalah penerus estafet generasi berikutnya. Kejayaan dan kualitas SDM akan ditentukan oleh pemuda. Namun dalam hal ini, potensi tersebut belum mendapatkan porsi yang layak dari pemerintah daerah. Draft pembangunan masih diprioritaskan pada pembangunan fisik semata. Sedangkan untuk mencetak kader-kader yang handal, terampil dan berkualitas mendapat porsi sedikit. Dana alokasi pendidikan belum menjadi primadona. Padahal pendidikan merupakan aset dan investasi jangka panjang SDM yang tak pernah habis.
Kurangnya kegairahan terhadap ormas pemuda dapat dirasakan semua orang. Heterogen minat para pemuda yang bermacam-macam tanpa penyaluran yang sesuai, menyebabkan para pemuda bersikap apatis. Sarana dan pra sarana yang sangat sedikit dan tidak mendukung untuk mengeksploitasi semua bakat dan minat. Ditambah lagi keperpihakan pada bidang tertentu, misal bidang olahraga menjadi anak emas, sehingga minat dan bakat lain tidak mampu maksimal tampil ke permukaan. Dan langkah-langkah konkrit yang diorientasikan pada kepentingan pemuda belum menjadi agenda prioritas.
Perjalanan pemuda yang panjang dalam mencari jati diri dan kesadaran cita-cita mulia untuk menggali nilai-nilai Sumpah Pemuda banyak mengalami kendala. Di lingkungan elite sendiri terjadi banyak pertentangan. Ditambah egoisme pribadi, suku dan golongan serta kepentingan politik masih saja ditonjolkan.
Idealisme pemuda dewasa ini kian memudar dan nilai-nilai juang hampir tidak ada. Seharusnya pemuda bercermin pada para orang tua pendahulu yang begitu gigih dan tak kenal menyerah menghadapi penindasan dan penjajahan. Tentu hal ini disebabkan karena  para pemuda saat ini telah menikmati hidup yang lebih enak, nyaman dan mapan. Kebutuhan sekolah, hiburan, sandang, papan, transportasi, kesehatan semuanya ada dan tersedia.
Pemuda adalah penerus generasi yang akan mengangkat harkat dan martabat serta kejayaan suatu bangsa. Maka tak berlebihan, apabila keberadaan pemuda haruslah menjadi agenda prioritas dalam pembangunan. Dalam era reformasi, pemuda seharusnya lebih agressif
, attractive, kreatif dan lebih berani dalam menuangkan ide-ide serta aspirasi. Serta menuntut hak-haknya yang selama ini di kebiri.