Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Selasa, 22 Februari 2011

Atasi Demonstrasi, Libya Tunjukkan Aksi Paling Berdarah


REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOI–Libya menunjukkan kepada dunia aksi paling berdarah yang dilakukan oleh negara Arab dalam mengatasi gelombang demonstrasi yang melanda kawasan tersebut. Aksi ini dinilai telah mengarah pada kejahatan kemanusiaan.

Pejabat PBB, Navi Pillay, meminta dilakukan investigasi atas serangan luas dan sistematis terhadap populasi sipil. Ia mengindikasikan aksi kekerasan ini sebagai kejahatan kemanusiaan.

Sekjen PBB, Ban Ki-moon, kepada wartawan di California, Senin, menggambarkan tindakan aparat Libya sebagai pelanggaran berat terhadap hukum kemanusiaan internasional. Sementara PM Inggris, David Cameron, mengatakan tindakan aparat Libya ‘mengerikan’. “Rezim menggunakan bentuk represi paling kejam terhadap rakyat yang menginginkan perubahan di negaranya, yang merupakan salah satu negara paling tertutup dan otokrasi,” ungkap Cameron.

Komisi Tinggi HAM PBB, Selasa, mengatakan sekurangnya 250 orang tewas dalam kekerasan berdarah terhadap demonstrasi Libya. Sementara Human Right Watch menyebut angka 233.

Pada Selasa, mayat-mayat demonstran yang ditembaki pasukan yang loyal kepada Muammar Gaddafi dibiarkan tergeletak di jalanan di ibukota Tripoli. Pada hari yang sama, Gaddafi, pemimpin Arab terlama yang masih berkuasa, tampil di TV menegaskan dirinya masih berkuasa.

Mohammed Ali, seorang warga Tripoli, mengatakan sejumlah mayat ditinggal begitu saja di di jalanan di distrik Fashloum, Tripoli, usai pasukan Gaddafi menembaki warga malam sebelumnya. Ia mengatakan ambulan juga ditembaki dan sejumlah demonstran dibiarkan terluka hingga tewas.

Ia mengatakan warga Tripoli bertahan di rumah pada Selasa usai pembantaian dan peringatan oleh pasukan Gadaffi bahwa orang-orang yang masih di jalanan akan ditembak.

Saksi mata mengatakan milisi Gadaffi berkendara melalui jalanan Tripoli dengan pengeras suara dan mengatakan agar orang-orang tetap di rumah. Ia mengatakan militer mencegah agar demonstran tak menguasai Tripoli yang berpenduduk dua juta jiwa. Demontran kini telah menguasai kota-kota di wilayah timur, termasuk kota kedua Benghazi.

Pasukan Gaddafi melakukan berbagai upaya dalam menjawab seruan aktivis untuk menguasai Lapangan Hijau di pusat Tripoli serta wilayah kediaman Gaddafi. Diantaranya, melepaskan tembakan dari mobil dan helokopter secara membabi buta.  Menurut sejumlah saksi mata, para pemuda yang mencoba berkumpul di jalanan tampak berlarian mencari perlindungan di tengah-tengah tembakan.

Sementara pesawat-pesawat tempur terbang rendah di atas Tripoli pada Senin malam, dan para penembak jitu mengambil posisi di atap-atap rumah untuk menghentikan orang-orang turun ke jalan. (Red: Johar Arif)