Talenta 56 | Inspirasi Tanpa Batas

Minggu, 28 November 2010

Bahaya Jika Bayi Tak Bersendawa

Kelihatannya sepele. Tapi jangan salah, lo, masih banyak orang . tua yang tak tahu cara yang tepat membuat anaknya bersendawa
Bukan hanya tak tahu cara yang benar, tapi banyak juga ibu yang menganggap menyendawakan bayi sebagai hal sepele. Akibatnya, masih ada ibu yang malas menyendawakan bayinya sehabis si bayi menyusu. "Padahal, sebetulnya sendawa gampang dilakukan. Apalagi sudah merupakan hukum alam, pasti bisa," terang dr. H. Adi Tagor, SpA, DPH, spesialis anak RS Pondok Indah, Jakarta.
Menyendawakan bayi, lanjut Adi, sangat penting. Terutama untuk bayi di bawah usia 6 bulan atau pada waktu tahap makanan cair atau makanan padat pertama. Semisal saat makan bubur susu. "Karena lambung bayi masih kecil, sementara kebutuhannya meningkat dengan pesat. Kebutuhannya sebagian besar masih berupa makanan cair. Sementara volume makanan cair itu besar."
Berbeda bila setelah bayi mendapatkan makanan padat. Makanan padat memakai ruang lambungnya lebih efisien karena volume makanannya tidak begitu banyak seperti halnya makanan cair.

HINGGA 9 BULAN
Umumnya, sendawa dilakukan sekali setelah bayi menyusu. Itu bila lambung si bayi normal. Tujuannya untuk melancarkan pencernaannya agar tidak kolik, muntah sampai masuk paru-paru, dan menghindarkan kurang kalori-protein.
Pada bayi yang lambungnya sangat kecil, sendawa bisa dilakukan beberapa kali. Jadi, setelah menyusu lalu disendawakan, kemudian menyusu lagi dan disendawakan lagi. "Begitu pula pada bayi-bayi yang pencernaannya kurang bagus, di mana setelah masuk makanan lalu pencernaannya menghasilkan banyak gas, maka harus disendawakan lagi setelah 10-20 menit atau setelah setengah jam."
Umumnya, menyendawakan bayi masih perlu dilakukan sampai usia bayi 9 bulan. Setelah itu, biasanya anak sudah bisa bersendawa dengan sendirinya karena anak sudah banyak bergerak dan posisi badannya pun banyak berubah. Jadi, misalnya, dia tidur tengkurap, maka perut tertekan oleh berat badannya sehingga angin dari perut kemudian turun ke dubur dan keluarlah udaranya dengan cara kentut.

POSISI HARUS TEGAK
Agar sendawa berhasil, tekniknya harus benar, yaitu tubuh bayi vertikal atau tegak lurus. Kemudian dagu bayi menyandar pada bahu ibu, badan lurus ke bawah, dan leher bayi disangga oleh tangan ibu.Walaupun kelihatan mudah, masih banyak pula orang tua yang melakukan kesalahan. Misalnya, posisi dagu si bayi tidak lebih tinggi dari bahu ibu sehingga mulut dan hidung bayi bisa tertutup tubuh ibu. Tentu saja posisi ini berbahaya dan salah. Padahal, bila salah posisi, sendawa sulit terjadi dan bahkan bisa membuat bayi muntah. Kesalahan yang lain, posisi bayi kadang tidak lurus malah bengkok. Juga saat menepuk punggung terlalu lemah dan tempat yang ditepuk terlalu tinggi atau di bagian bahu/pundak, atau justru terlalu rendah yaitu di bagian bawah (bagian pantat). Cara yang benar adalah menepuk tubuh bagian tengah (lambung terletak di tengah) di bawah iga kiri.
Selain itu, jarang pula ibu yang agak menggoyangkan bayinya kala bersendawa, sehingga membuat sendawa lama keluar. Yang tepat, tubuh bayi agak sedikit digoyangkan seperti menggoyangkan botol.
Sendawa juga bisa dilakukan sambil duduk. Caranya, bayi menghadap ibu. Jadi, setengah duduk sementara lehernya disangga, lalu bagian lambungnya ditepuk-tepuk. Namun cara ini biasanya menjadikan sendawa bayi lebih lama muncul karena posisi tubuhnya agak sedikit bengkok. Sebetulnya, menurut Adi, bila orang tua menyendawakan bayi dengan teknik yang benar, maka tak sampai 2-3 menit, sendawanya akan keluar.

BISA BERBAHAYA
Menurut Adi, tidak ada bayi yang tidak keluar sendawanya, kecuali ia punya kelainan. Biasanya kelainannya berupa esofagus (tempat menelan) yang menyempit. Bisa juga letak lambung bayi yang tidak benar, semisal agak melintir. Namun hal ini jarang sekali terjadi.
Bayi yang tidak bersendawa, lanjut Adi, bisa menyebabkan muntah. Hal ini bisa berbahaya karena
muntahannya kemungkinan masuk ke hidung dan paru-paru. Padahal, paru-paru seharusnya tidak boleh kemasukan cairan. Nah, kalau itu terjadi, bayi bisa tersedak/terjadi aspirasi yang dapat menyebabkan
radang paru-paru beberapa lama kemudian. Gejalanya seperti sesak napas, tubuh biru-biru, batuk-batuk, dan
bisa disertai panas kalau ada kuman yang ikut masuk.
Bahaya lainnya adalah karena berisi angin melulu, maka makannya jadi sedikit. Akibatnya, pencernaan pun terganggu. Bisa diare, radang lambung, dan juga jumlah kalori-protein yang masuksedikit. Bisa juga karena ada udara di perut, bayi jadi menangis sepanjang malam.
Adi pun mengingatkan, terutama pada bayi yang sering mengalami kolik atau muntah, sebaiknya harus diperiksa oleh dokter karena dikhawatirkan adanya penyempitan pintu lambung (pilorus stenosis), penyempitan esofagus, atau lainnya. Meski, lanjutnya, kasus tersebut jarang terjadi.

Posisi Benar Menyendawakan Bayi
1.    Bila posisi menyusui di tempat tidur, angkat tubuh bayi dengan cara memegang bagian tubuh bawah dan bagian tubuh atas antara bahu dan kepala bayi. Dengan demikian, posisi bayi mantap, tidak bergerak-gerak.
Lalu angkat tubuhnya agar berdiri tegak.
2.    Tempelkan dagu bayi pada bahu ibu. Jangan sampai kepalanya tertutup badan ibu. Kemudian tepuk-tepuk bagian punggung bayi dengan menggunakan dua jari.
3.    Bisa juga dengan tidak menempelkan ke bahu ibu, asalkan tetap dalam posisi tegak.

Posisi Yang Salah
1.    Posisi memegang bayi tidak mantap, hanya bagian punggung dan bawahnya. Padahal, leher bayi belum tegak benar sehingga bisa terjadi risiko terkilir.
2.    Mengangkat bayi untuk memindahkan ke posisi berdiri tegak dengan satu tangan, tidak dibenarkan karena memungkinkan risiko terlepas.
3.    Menempelkan tubuh bayi ke badan ibu tanpa memperhatikan apakah kepalanya tertutup tubuh atau tidak. Selain itu, kepala bayi tak disangga.
4.    Saat menyendawakan anak sambil duduk, kadang ibu tidak memperhatikan posisi tubuh si bayi. Seharusnya tidak dalam posisi mendatar seperti ini, karena minuman yang masuk sehabis menyusui akan keluar kembali.

(Umi Naufal)