JAKARTA, KOMPAS.com - Keputusan Komite Banding ternyata tidak terlepas dari intimidasi dari pihak-pihak luar selama memeriksa berkas-berkas banding atas keputusan Komite Pemilihan Eksekutif PSSI periode 2011-2015.
Sebagaimana diberitakan, Komite Banding tidak meloloskan banding dua bakal calon Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum Arifin Panigoro dan George Toisutta. Mereka pun menolak banding dua bakal calon anggota Komite Eksekutif yakni Sihar Sitorus dan Tuti Dau. Selain itu, Komite Banding beranggotakan Ketua Tjipta Lesmana, Wakil Gayus Lumbuun serta anggota Alfred Simanjuntak dan anggota pengganti Max Boboy serta Triandi Mulkan memutuskan menolak hasil verifikasi Komite Pemilihan dan menyerahkannya kepada PSSI.
Tjipta Lesmana mengatakan, selama bekerja mengaku mendapat cukup banyak tekanan. Salah satu tekanan yang dimaksud Tjipta adalah tekanan dari pemerintah yang meminta Komite Banding mengoreksi keputusan Komite Pemilihan.
"Andaikata kami diberikan kebebasan suasana kondusif, kami bisa memutuskan. Keras sekali ancaman-ancaman dari berbagai pihak tetapi tidak kami layani. Kami tidak mau didikte. Jadi, inilah yang keputusan yang diambil," kata Tjipta dalam jumpa pers di Hotel Santika, Jumat (25/2/11). "Kami juga mengetahui campur tangan pemerintah pada 21 Februari. Pemerintah meminta Komite Pemilihan segera memeriksa keputusannya. Tadi pagi juga mengancam PSSI agar mengabulkan banding agar kongres PSSI lancar. Ini adalah tekanan," tegasnya.
Dikatakan Tjipta, keputusan Komite Banding bukanlah keputusan politis. "Keputusannya seperti ini karena banyak tekanan dan intimidasi dari berbagai pihak. Kami mengambil keputusan ini karena melihat suasana tidak lagi kondusif. Kami juga harus melihat lingkungan. Tetapi ini bukan berarti keputusannya bersifat politis," tegas Tjipta.
Sumber ; http://bola.kompas.com/
###
Pengamat Sayangkan Keputusan Komite Banding PSSI
Penulis : Asni Harismi
JAKARTA--MICOM: Pengamat olahraga Fritz E Simandjuntak menilai Komite Banding justru tidak melakukan kerja apa-apa dengan menyerahkan kembali kepada PSSI.
''Konsiderans dari keputusan tersebut apa sebenarnya? Lha kok dikaitkan dengan tekanan, intimidasi, sampai campur tangan pemerintah. Kalau memang tidak tunduk pada tekanan, buat dong keputusan. Tolak atau terima pencalonan George (Toisutta),'' ujar Fritz.
Yang harus dilakukan sekarang, menurut Fritz, adalah menekan pada share holder (pemilik suara) yang akan berkongres nanti. Sebab ini mirip Mei 1998 ketika rakyat meminta kepemimpinan nasional turun, tapi Ketua MPR Harmoko masih berkeras meminta hal itu berlanjut.
''Para share holder harus peka terhadap suara masyarakat sepak bola nasional. Mereka tidak lagi menghendaki Nurdin, ya harus didengar,'' tegas Fritz. (OL-12)
Sumber : http://www.mediaindonesia.com/